Perbatasan Rawan, Nunukan Gelar Seminar Kebangsaan, Lindungi Generasi dari Radikalisme

NUNUKAN – Seminar Kebangsaan yang melibatkan berbagai organisasi masyarakat (Ormas) sukses digelar di Aula Kantor Bupati Nunukan pada Kamis, (16/10/ 2025).

Acara yang bertajuk “Menangkal Radikalisme, Memperkokoh Persatuan di Perbatasan” ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman radikalisme dan terorisme, khususnya di wilayah perbatasan.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat penting dan tokoh masyarakat, termasuk Plt. Sekda Nunukan Ir. Jabar, Kasat Binmas Polres Nunukan AKP Najamuddin, Kaur Idik Denpomal Lanal Nunukan Kapten Dedi Erwantoni, serta perwakilan dari Kodim 0911/Nnk, Kejaksaan Negeri Nunukan, FKUB Nunukan, dan tokoh agama, adat, pemuda, serta mahasiswa.

Bupati Nunukan H. Irwan Sabri dalam sambutan yang dibacakan oleh Plt. Sekda Nunukan, Ir. Jabbar, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya seminar ini. Beliau menekankan pentingnya kegiatan ini dalam membangun daya cegah, daya tangkal, dan daya lawan terhadap ideologi radikalisme dan terorisme.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam rangka membangun daya cegah, daya tangkal, dan daya lawan terhadap ideologi radikalisme dan terorisme. Semoga melalui kegiatan ini, apa yang menjadi harapan kita bersama yakni terciptanya strategi nasional dalam mewujudkan Indonesia yang sehat mental, keluarga cerdas, dan tangguh dalam pencegahan radikalisme dan terorisme dapat kita wujudkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, beliau menyoroti bahwa masyarakat di perbatasan, terutama anak-anak, remaja, dan perempuan, merupakan kelompok yang rentan terhadap pengaruh paham radikalisme dan terorisme. Perempuan, khususnya ibu-ibu, menjadi sasaran utama bagi perekrutan anggota baru jaringan terorisme karena kedekatannya dengan anak-anak. Remaja juga rentan terpapar melalui media sosial dan konten-konten yang mudah diakses.

“Oleh karena itu, kita semua perlu berhati-hati. Upaya pencegahan penyebaran paham radikalisme dan terorisme harus dilakukan secara masif, terutama melalui peran ibu-ibu, keluarga, dan sekolah,” tegasnya.

Seminar ini juga menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya, seperti Kasatgaswil Kaltara Densus 88 Anti Teror AKBP Wanggi Wantozy Praduga Satria, Ketua Yayasan Rumah Moderasi Makassar yang juga mantan narapidana terorisme Ust. Suryadi Mas’ud, dan Sekretaris FKUB Nunukan Zahri Fadli. Mereka memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang bahaya radikalisme dan cara-cara menangkalnya.

Dengan adanya seminar ini, diharapkan masyarakat Kabupaten Nunukan semakin waspada dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa di wilayah perbatasan.(adv)




Lantik Dirut Perumda, Bupati Minta Koordinasi dan Komunikasi Diefektifkan

NUNUKAN – Dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program kerja pemerintah daerah, koordinasi dan komunikasi yang baik antar instansi terkait menjadi sebuah keharusan.

Masukan dari masyarakat seringkali menyoroti kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah, yang dapat menyebabkan inefisiensi dan pemborosan anggaran.

“Sebagai contoh, seringkali terjadi pembangunan jalan yang baru selesai harus dibongkar kembali karena adanya pekerjaan pemasangan pipa air bersih, atau sebaliknya. Hal ini tentu saja tidak efisien dan menimbulkan kesan negatif di mata masyarakat,” kata H. Irwan Sabri usai melantik <span;>Arpiansyah, SE MM selaku Direktur Perumda Air Minum Tirta Taka masa jabatan 2025–2030, <span;>di ruang kerjanya, Rabu (15/10/2025).

Untuk menghindari hal ini, penting bagi setiap instansi pemerintah untuk selalu berkoordinasi dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) teknis terkait sebelum melaksanakan program kerja. Dengan demikian, potensi tumpang tindih dan pemborosan dapat dihindari.

Pemerintah daerah terus mendorong evaluasi dan perbaikan dalam pengelolaan sumber daya air bersih. “Salah satu langkah konkret adalah penunjukan Bapak Apriansyah sebagai pemimpin di sektor pelayanan air bersih. Tanggung jawab ini diharapkan dapat diemban dengan tulus dan dengan kinerja yang baik, mengingat masih banyak masyarakat di Kabupaten Nunukan yang belum teraliri air bersih,” pesannya.

Targetnya jelas, yaitu memastikan seluruh masyarakat teraliri air bersih. Pemerintah daerah akan terus mendorong dan melakukan evaluasi untuk memastikan keberhasilan program ini. Selain itu, penyambungan pipa juga menjadi fokus utama yang harus terus dipacu, dengan koordinasi yang intensif dengan OPD teknis terkait.

Peningkatan pelayanan air bersih ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah).

“Meskipun dividen Perumda air telah mencapai 1 miliar, fokus utama tetap pada perbaikan kinerja dan perluasan jaringan, bukan hanya mengejar profit semata,” tegasnya.

Dengan koordinasi dan komunikasi yang efektif, serta komitmen untuk bekerja dengan tulus dan berbuat yang terbaik, diharapkan program-program pemerintah daerah dapat berjalan sukses dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.

Untuk diketahui, p<span;>elantikan ini berdasarkan Keputusan Bupati Nunukan Nomor 626 Tahun 2025 tentang Pengangkatan Direktur Perumda Air Minum Tirta Taka Kabupaten Nunukan Masa Jabatan 2025–2030. (adv)




Kilas Balik 1 Tahun Pemerintahan Irwan Sabri, Nunukan Terus Berbenah, Infrastruktur dan Ekonomi Jadi Fokus

NUNUKAN – Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, menyampaikan laporan capaian selama satu tahun pemerintahannya pada sidang paripurna Hari Ulang Tahun (HUT) ke -26 Kabupaten Nunukan yang digelar, Minggu (12/10/2025) lalu.

Dalam laporannya, H. Irwan mengatakan,  fokus utama pemerintahan dengan slogan Energi Baru ini pada penyediaan infrastruktur dasar, peningkatan ekonomi masyarakat, serta dukungan terhadap program-program prioritas nasional.

Meski menghadapi tantangan efisiensi anggaran dan dinamika ekonomi global, kata H. Irwan, Pemkab Nunukan tetap optimis dalam mewujudkan visi Nunukan yang inovatif, sejahtera, adil, dan mandiri.

Bupati menegaskan, infrastruktur dasar terus dikebut. Seperti, pembebasan lahan untuk pembangunan Embung Lapri sebesar Rp 25 miliar, pembangunan jaringan perpipaan di Sebuku (target selesai Desember 2025), dan normalisasi sistem penyediaan air minum di 5 unit.

Kemudian pembangunan Solar Home System (PLTS) di Desa Tagul dan Lingsayung (melalui Dinas ESDM Provinsi Kaltara), revitalisasi PLTS di Desa Tepian (masuk roadmap PLN 2025), serta usulan pembangunan PLTS Sebakis ke APBN 2026. Lalu, ada realisasi fisik 35 km dari total 107 km jalan tani yang direncanakan, tersebar di berbagai wilayah Nunukan.

Lalu mengenai pembangunan dan rekonstruksi jalan penghubung kecamatan dan desa (target selesai Desember 2025) dengan anggaran Rp 198,6 miliar. Pengadaan 5 unit alat berat melalui e-purchasing (target selesai November 2025).

Pembangunan 232 unit rumah layak huni (target selesai awal Desember 2025). Pendistribusian seragam sekolah gratis untuk siswa SD dan SMP (target selesai November 2025).

Verifikasi berkas untuk 1.000 beasiswa pelajar dan mahasiswa (penyerahan di triwulan IV). Realisasi 100 persen untuk program 1 sekolah 1 unit Starlink di daerah terpencil. Pemenuhan dokter spesialis di RSUD dan Rumah Sakit Pratama, mendekatkan layanan kesehatan bagi masyarakat pedalaman dan terpencil. Pemberian bibit, pupuk, dan alat mekanisasi pertanian, pengembangan kampung pertanian hortikultura. Pembangunan rumah ikat bibit rumput laut dan pengadaan sarana budidaya. Kerjasama dengan Perumda Pinrang (Sulsel) berhasil meningkatkan harga rumput laut dari Nunukan. Pemberian alat tangkap ramah lingkungan, perahu, dan mesin ketinting kepada nelayan.

Selaian itu, lanjut H. Irwan, sektor UMKM dan potensi desa tak luput dari perhatian pemerintah daerah. Seperti, pelatihan kewirausahaan, sosialisasi akses pembiayaan, dan subsidi KUR, pembinaan dan pemberdayaan BUMDes, sinkronisasi dengan program 1 Desa 1 program unggulan berbasis potensi lokal.

“Program tersebut dilakukan dengan dukungan terhadap program prioritas nasional. Seperti rehabilitasi dan revitalisasi rumah tidak layak huni (RTLH),” ujarnya.

Begitu juga dengan optimalisasi lahan pertanian, penyediaan alsintan, dan Gerakan Pangan Murah (GPM). Dukungan terhadap Program Nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) dan capaian Universal Health Coverage (UHC) mencapai 98,71 persen dan revitalisasi sekolah dan pembangunan ruang kelas baru.

Disebutkan, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nunukan di triwulan pertama 2025 sebesar 3,55 persen, dan triwulan kedua sebesar 3,62 persen. “Inflasi berhasil ditekan hingga 1,84 persen pada September 2025,” bebernya.

Bupati  mengajak seluruh masyarakat untuk terus memberikan saran, masukan, dan kritik konstruktif kepada pemerintah. “Mewujudkan Kabupaten Nunukan yang inovatif, sejahtera, adil, dan mandiri hanya bisa kita wujudkan jika kita bisa bekerja sama, terbuka, dan disertai rasa tanggung jawab yang tinggi,” pungkasnya. (adv)




Nunukan Lestarikan Jati Diri Lewat Festival Kuliner Tradisional di HUT ke-26

NUNUKAN – Di tengah arus modernisasi dan pengaruh budaya asing, masyarakat Kabupaten Nunukan menunjukkan komitmen kuat untuk melestarikan identitas budaya melalui kekayaan kuliner tradisional.

Hal ini terlihat jelas dalam Festival Kuliner Tradisional yang menjadi bagian penting dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Nunukan, yang diselenggarakan pada Rabu (15/10).

Festival ini bukan hanya sekadar perayaan kuliner, tetapi juga platform bagi berbagai etnis di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia untuk memamerkan warisan budaya melalui cita rasa khas daerah.

Mulai dari suku Dayak Lundayeh di dataran tinggi Krayan hingga suku Tidung di wilayah pesisir, setiap hidangan yang disajikan menjadi representasi dari sejarah dan identitas masyarakat perbatasan.

Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, menekankan pentingnya pelestarian kuliner tradisional sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya menjaga eksistensi budaya di wilayah perbatasan. Menurutnya, setiap resep mengandung nilai filosofi yang perlu diwariskan kepada generasi penerus.

“Setiap bahan dan cara memasak menyimpan makna sosial dan sejarah yang mendalam. Inilah identitas kita sebagai masyarakat perbatasan yang kaya akan budaya,” ujar H. Irwan kepada media usai mendatangi beberapa peserta yang terlibat.

Irwan juga menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Nunukan untuk terus mendorong pelestarian budaya nonbenda melalui berbagai pelatihan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat, termasuk di bidang kuliner.

“Kuliner dapat menjadi alat diplomasi budaya dan promosi pariwisata yang efektif. Kami ingin dunia tahu bahwa di ujung utara Indonesia terdapat cita rasa yang tak tergantikan,” tambahnya.

Karolina, perwakilan dari suku Dayak Lundayeh, memperkenalkan lontong istimewa yang terbuat dari beras Adan, padi organik khas pegunungan Krayan yang telah dikenal hingga mancanegara. Selain itu, ia juga menyajikan olahan umbut pisang sanggar dan jamur tumis rempah, dua hidangan adat yang selalu hadir dalam upacara sakral.

“Setiap makanan memiliki makna mendalam. Kami memasaknya dengan cara turun-temurun, karena setiap masakan menyimpan cerita unik,” jelas Karolina.

Edy Sasmito, seorang penggiat kuliner tradisional dari suku Tidung, turut memeriahkan festival dengan menghadirkan Nasi Besubut, nasi yang dicampur dengan jagung atau pisang, sebagai simbol perjuangan masyarakat Tidung di masa sulit. Ada juga Umbus Musilui yang terbuat dari daun singkong tumbuk, serta Kanon Masin Gami, ikan asin pedas yang menggugah selera.

“Generasi muda harus memahami bahwa makanan ini bukan sekadar lauk pauk, tetapi warisan berharga dari leluhur kita,” tegasnya. (adv)




Bupati Nunukan Irwan Sabri Ungkap Strategi Energi Baru untuk Atasi Persoalan Daerah

NUNUKAN – Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, SE, menyampaikan komitmennya untuk menuntaskan berbagai persoalan daerah melalui sinergi pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan.

Dalam pernyataan yang disampaikan dalam sidang Paripurna Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 di gedung DPRD Nunukan itu, bupati mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, namun optimis dengan strategi yang tepat, semua masalah dapat diatasi.

Bupati Nunukan Irwan Sabri menyoroti beberapa persoalan utama yang menjadi fokus perhatian pemerintahannya, antara lain, angka stunting yang masih relatif tinggi, belum meratanya sarana infrastruktur, masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

“Sebagai pemerintahan yang baru memegang kepercayaan ini kurang dari satu tahun, saya sangat berkomitmen untuk menyelesaikan semua persoalan tersebut,” tegasnya.

Bupati Nunukan, Irwan Sabri bersama Wakil Bupati Hermanus telah menyusun lima misi utama untuk mewujudkan visi Kabupaten Nunukan yang inovatif, sejahtera, adil, dan mandiri. Pertama, peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, sehat dan berkarakter. Kedua, peningkatan dan percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis potensi sumber daya lokal, ketiga penguatan tata kelola pemerintahan, melayani, cepat dan tuntas, keempat, percepatan dan penuntasan pembangunan infrastruktur dasar yang adil dan merata, kelima menciptakan tata kehidupan yang harmoni dengan menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

Untuk mengimplementasikan visi dan misi tersebut, pemerintah Kabupaten Nunukan telah merumuskan 17 arah baru menuju perubahan, meliputi berbagai sektor.

Irwan Sabri mengingatkan bahwa tidak ada yang instan dalam mencapai tujuan. “Semua butuh waktu dan proses yang tidak mudah, sehingga saya berharap kita semua bisa sabar dalam melalui setiap proses yang ada,” ujarnya.

Dengan semangat energi baru dan dukungan dari seluruh masyarakat, Bupati Nunukan optimis Kabupaten Nunukan akan mencapai visi inovatif, sejahtera, adil, dan mandiri. (adv)




Bankaltimtara Rayakan 60 Tahun, Gubernur Kaltara Tekankan Peningkatan Kualitas Layanan

TANJUNG SELOR – PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Bankaltimtara) memperingati hari jadinya yang ke-60 dengan acara seremonial yang berlangsung di Kantor Cabang Tanjung Selor, Selasa (14/10/2025).

Acara ini dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr. H. Zainal A. Paliwang, S.H., M.Hum.

Dalam acara tersebut, Bankaltimtara menegaskan kembali komitmennya untuk terus mendorong perekonomian regional melalui layanan yang unggul. Gubernur Zainal A. Paliwang dalam sambutannya menyoroti pentingnya peningkatan kualitas layanan kepada nasabah sebagai prioritas utama.

“Pelayanan harus dilakukan cepat, tidak bertele-tele, dan teliti terhadap dokumen yang dibutuhkan agar tidak ada yang terlewatkan,” tegas Gubernur Zainal.

Ia menambahkan bahwa efisiensi dan ketelitian dalam pelayanan akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap Bankaltimtara, yang pada gilirannya akan memantapkan posisinya sebagai pilar ekonomi daerah.

Gubernur juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi Bankaltimtara selama 60 tahun terakhir. Menurutnya, Bankaltimtara bukan hanya sekadar institusi keuangan, tetapi juga mitra strategis pemerintah dalam berbagai program pembangunan. Bankaltimtara telah berperan penting dalam penguatan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kalimantan Utara.

Perayaan 60 tahun ini menjadi momentum bagi Bankaltimtara untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan, serta mempererat kerjasama dengan pemerintah daerah dalam membangun Kalimantan Utara yang lebih maju dan sejahtera<span;>. (BIROADPIM)




Batalyon Kavaleri 13/SL Gelar Turnamen Bola Voli Lembuswana Cup Meriahkan HUT ke-80 TNI dan Jaring Bibit Unggul

NUNUKAN – Untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Batalyon Kavaleri 13 Satya Lembuswana (SL) 23 Oktober mendatang, serta mendukung tiga kegiatan penting lainnya, Batalyon Kavaleri 13/SL berinisiatif menggelar turnamen bola voli Lembuswana Cup.

Inisiatif ini muncul berdasarkan informasi dari masyarakat yang menunjukkan minat besar terhadap turnamen bola voli di wilayah Nunukan. Hal ini diperkuat dengan hasil diskusi bersama tokoh masyarakat dan tokoh adat di sekitar pos, yang mengungkapkan bahwa masyarakat sangat membutuhkan hiburan.

“Kami melihat bahwa dari tanggal 1 sampai 30 November tidak ada event turnamen bola voli. Inilah yang menjadi semangat kami untuk mengadakan kegiatan ini,” ujar Dansatgas Pamtas Yonkav 13/SL, Letkol Kav Ikhsan Maulana Pradana S.I.P., M.I.P melalui Pasi Ter Satgas Pamtas Kapten Kav Yurika Anggoro Putra S, Tr. selaku ketua panitia.

Untuk menyukseskan acara ini, Batalyon Kavaleri 13/SL berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan dan instansi terkait. Turnamen ini bersifat terbuka, di mana setiap tim bebas memiliki pemain dari manapun.

“Kami serahkan semuanya kepada manajer tim masing-masing. Biarkan mereka bebas berkreasi dengan strategi mereka,” tambahnya.

Tujuan utama dari turnamen ini adalah untuk menjaring bibit-bibit unggul yang berpotensi untuk menghadapi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) pada tahun 2026 mendatang. Diharapkan, melalui turnamen ini, dapat ditemukan potensi-potensi terbaik di wilayah Nunukan yang dapat dibina lebih lanjut.

Turnamen ini direncanakan akan berlangsung selama kurang lebih dua minggu, mulai tanggal 23 Oktober hingga 6 November. Pendaftaran telah dibuka sejak tanggal 6 atau 7 Oktober dan akan ditutup pada tanggal 20 Oktober, yang juga merupakan hari pelaksanaan tehnikal meeting.

“Pendaftaran sudah berjalan sekitar seminggu dan masih ada waktu sekitar satu minggu lagi bagi tim-tim yang ingin berpartisipasi,” pungkasnya. (adv)




Mengukur Kedaulatan Ekonomi di Nunukan Saat Ringgit Menggila

Mega Oktaviany, Ph.D
Ekonom Universitas Gunadarma/Sekretaris Eksekutif Bersama Institute

Nilai tukar mata uang seringkali dilihat sebatas angka di layar monitor para pialang. Namun di Nunukan, beranda terdepan Indonesia, angka tersebut adalah denyut nadi kehidupan. Ketika kurs Ringgit Malaysia (MYR) kembali “menggila” dan menembus level psikologis baru, katakanlah Rp 4.000 per MYR, ini bukan lagi sekadar isu moneter. Ini adalah sebuah barometer brutal yang mengukur seberapa nyata kedaulatan ekonomi kita di perbatasan. Fenomena ini secara telanjang mempertontonkan kerapuhan fondasi ekonomi lokal yang terlalu lama bersandar pada negara tetangga.

Ketergantungan Nunukan pada Malaysia, khususnya kota Tawau, adalah sebuah ironi geografis dan ekonomi. Secara logistik, mengarungi laut selama beberapa jam ke Tawau jauh lebih efisien dan murah daripada menunggu kapal dari Surabaya atau Makassar yang memakan waktu berhari-hari. Akibatnya, etalase toko dan dapur warga Nunukan didominasi oleh produk Malaysia. Mulai dari gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, hingga tabung gas LPG merek Petronas menjadi pemandangan lumrah.

Data dari berbagai laporan lapangan secara konsisten menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen barang kebutuhan pokok dan barang manufaktur di Nunukan berasal dari seberang. Saat Ringgit menguat, efek dominonya terasa instan. Harga satu tabung gas 14 kg yang dibeli seharga 80 MYR, misalnya, ongkosnya melonjak dari Rp304.000 (kurs Rp3.800) menjadi Rp336.000 (kurs Rp4.000). Ini adalah inflasi impor murni yang langsung menggerogoti daya beli masyarakat yang mayoritas berpenghasilan dalam Rupiah. Kedaulatan dipertanyakan ketika mata uang negara tetangga secara langsung mendikte harga sepiring nasi di wilayah kita sendiri.

Tentu, ada narasi lain yang menyebut penguatan Ringgit sebagai berkah. Bagi puluhan ribu Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Sabah, kiriman uang (remitansi) mereka memang menjadi lebih bernilai. Seorang pekerja yang mengirim 1.500 MYR untuk keluarganya kini memberikan sekitar Rp 6,3 juta, naik signifikan dari sekitar Rp 5,7 juta sebelumnya. Demikian pula bagi para nelayan yang memilih menjual hasil tangkapannya ke Tawau. Mereka menerima pembayaran dalam Ringgit yang lebih kuat, memberikan keuntungan sesaat yang menggiurkan.

Namun, “berkah” ini adalah pedang bermata dua yang justru mengikis kedaulatan ekonomi secara perlahan. Ketika nelayan lebih memilih mengekspor tangkapannya, pasar lokal di Nunukan mengalami kelangkaan pasokan. Akibatnya, harga ikan untuk konsumsi masyarakat setempat justru melambung tinggi. Terjadi sebuah anomali, yaitu wilayah penghasil ikan justru menjual ikan dengan harga mahal kepada warganya sendiri. Ini adalah cerminan dari struktur ekonomi yang berorientasi ke luar, bukan untuk membangun kekuatan internal. Sumber daya alam lokal diekstraksi bukan untuk memperkuat pasar domestik, melainkan untuk mengejar keuntungan dari selisih kurs, yang pada akhirnya membuat ekonomi lokal semakin rentan.

Pemerintah bukannya diam. Berbagai program telah diluncurkan untuk mengatasi anomali ini. Program Tol Laut digagas untuk menekan disparitas harga dengan mengirimkan logistik dari barat Indonesia. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sebatik dibangun megah sebagai simbol kehadiran negara. Program kemandirian pangan lokal juga terus didorong untuk mengurangi impor.

Namun, implementasinya di lapangan seringkali belum mampu menandingi efisiensi pasar yang sudah terbentuk puluhan tahun dengan Malaysia. Kapal Tol Laut jadwalnya belum konsisten, dan biaya last-mile delivery dari pusat distribusi ke konsumen seringkali masih membuat harga akhir tidak kompetitif dibandingkan barang Malaysia. PLBN yang megah lebih banyak berfungsi sebagai gerbang administratif, belum sepenuhnya menjadi motor penggerak ekonomi yang mampu membalikkan arah aliran barang. Selama produk lokal lebih mahal dan lebih sulit didapat daripada produk impor dari seberang, maka orientasi pasar akan tetap sama. Kebijakan ini, meski niatnya baik, baru sebatas perisai yang bocor, belum menjadi benteng pertahanan ekonomi yang kokoh.

Pada akhirnya, mengukur kedaulatan ekonomi di Nunukan saat Ringgit menggila bukanlah soal sentimen anti-asing. Ini adalah tentang refleksi diri yang jujur. Kedaulatan sejati tidak hanya diukur dari patok perbatasan atau kehadiran aparat, melainkan dari kemampuan sebuah komunitas untuk mengendalikan nasib dapurnya sendiri. Selama denyut ekonomi Nunukan masih diatur oleh fluktuasi kurs Ringgit, kedaulatan itu masih bersifat semu. Diperlukan sebuah strategi komprehensif yang tidak hanya berfokus pada logistik, tetapi juga pada industrialisasi hilir produk lokal, penguatan akses permodalan, dan penciptaan pasar domestik yang vibrant. Hanya dengan cara itu, ketika Ringgit kembali menggila di masa depan, ekonomi Nunukan tidak lagi ikut terhuyung-huyung.

Penutup ;
Transformasi ekonomi Nunukan secara bertahap dari posisi rentan sebagai pasar konsumen menjadi benteng ekonomi yang berdaulat. Strategi ini dieksekusi dalam tiga fase: (1) Jangka Pendek: Stabilisasi harga dan penguatan nilai Rupiah melalui intervensi logistik (gudang penyangga) dan moneter (QRIS). (2) Jangka Menengah: Pembangunan industri pengolahan lokal berbasis potensi perikanan dan perkebunan untuk substitusi impor. (3) Jangka Panjang: Transformasi total menjadi hub ekspor produk jadi Indonesia ke Malaysia Timur, didukung oleh SDM yang kompeten.