Drainase Dibangun, Wujudkan Lingkungan Bersih dan Bebas Banjir

NUNUKAN – Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas infrastruktur dan kesehatan lingkungan.

Melalui pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Dana Desa 2025, pembangunan drainase pemukiman di RT.03 Desa Aji Kuning kini telah dimulai. Proyek strategis ini diharapkan dapat menjadi solusi permanen bagi masalah banjir dan penyumbatan air yang kerap melanda warga saat musim hujan.

Kepala Desa Aji Kuning, Syarifuddin, menjelaskan, pembangunan drainase ini merupakan realisasi dari aspirasi masyarakat. “Pembuatan drainase adalah atas usulan warga pada musrenbangdes di tahun 2024 dan direalisasikan dari anggaran dana desa tahun 2025,” ungkap Syarifuddin.

Ia menambahkan, drainase sepanjang 70 meter dengan anggaran Rp 86.186.000 ini dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan kenyamanan warga, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan pemukiman.

Pekerjaan drainase ini dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan pengelolaan dana desa yang mengutamakan pembangunan infrastruktur dasar. Tujuannya jelas, yakni mengatasi genangan dan banjir, serta memastikan lingkungan pemukiman warga tetap sehat.

Sementara itu, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Aji Kuning, Budiman, turut menyampaikan apresiasinya. “Pembangunan drainase pemukiman ini sangat penting untuk memperbaiki sistem aliran air di desa. Selain itu, pemukiman warga juga bisa diminimalisir dari gerusan aliran air ketika musim penghujan karena air akan tertampung di saluran drainase,” jelas Budiman.

Budiman menegaskan, proyek ini merupakan langkah nyata pemerintah desa dalam meningkatkan kualitas infrastruktur. “Dengan adanya drainase yang baik, kami berharap masalah banjir dapat diminimalisir dan kenyamanan warga dalam beraktivitas semakin terjamin,” tambahnya.

Proyek yang dijadwalkan selesai dalam 90 hari ini juga memberdayakan masyarakat lokal. Tenaga kerja, baik tukang maupun pekerja, diambil dari warga sekitar, menunjukkan sinergi antara pemerintah desa dan masyarakat. Budiman mengapresiasi kinerja Tim Pelaksana Kegiatan yang melibatkan peran aktif masyarakat ini.

Untuk menjamin kualitas dan transparansi, BPD Aji Kuning juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengawasan. “Warga diharapkan turut berperan aktif membantu dalam pengawasan pekerjaan ini, sehingga transparansi dan akuntabilitas tetap terjaga,” ujar Budiman.

Ke depan, BPD berharap pemerintah desa akan merencanakan pemeliharaan drainase secara berkala agar tetap berfungsi optimal, serta melanjutkan pembangunan drainase di wilayah lain yang masih membutuhkan. Rencana jangka panjang ini diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas hidup warga Desa Aji Kuning dan mendukung terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat. (bed)




Nunukan, Wajah Indonesia di Hadapan Malaysia

NUNUKAN bukan sekadar kabupaten di ujung utara Kalimantan, tetapi wajah Indonesia yang pertama kali terlihat dari negeri jiran, Malaysia.

Ironisnya, wajah itu masih tampak kusam. Infrastruktur terbatas. Masyarakatnya lebih dekat secara ekonomi ke Tawau dibanding Tarakan atau bahkan Jakarta. Dan, kedaulatan di laut terdepan terus diuji lewat klaim Ambalat.

Pertanyaan yang mengemuka. Apakah negara benar-benar hadir di perbatasan, ataukah Nunukan akan terus menjadi “anak tiri” pembangunan nasional ?.

Nunukan sebagai ruang hidup dan ruang strategis bagi masyarakat perbatasan. Nunukan adalah ruang hidup sehari-hari. Aktivitas ekonomi, sosial, hingga budaya warga seringkali lebih terhubung dengan Tawau, Sabah, ketimbang dengan pusat pemerintahan di dalam negeri.

Interaksi lintas batas ini menimbulkan fenomena border society. Masyarakat yang hidup di dua dunia. Terikat kewarganegaraan Indonesia, tetapi memiliki kedekatan ekonomi dengan Malaysia.

Secara politik, kondisi ini menimbulkan dilema. Negara harus menjaga kedaulatan tanpa menutup ruang hidup warga yang sudah terbiasa dengan arus keluar-masuk perbatasan.

Dinamika Politik Perbatasan Indonesia–Malaysia Hubungan Indonesia–Malaysia di kawasan perbatasan selalu memiliki dua corak. Di satu sisi, ada wajah kooperatif, ditandai dengan kerja sama perdagangan lintas batas (Border Trade Agreement), pengiriman tenaga kerja, hingga diplomasi keamanan maritim.

Namun di sisi lain, ada wajah konfliktual. Salah satunya tergambar dalam kasus klaim wilayah Ambang Batas Laut (Ambalat) di Laut Sulawesi. Ambalat adalah wilayah kaya sumber daya energi yang terletak tepat di hadapan Nunukan. Malaysia pernah berupaya mengklaim kawasan ini dengan mengeluarkan konsesi eksplorasi migas, yang secara tegas ditolak oleh Indonesia.

Sengketa ini menjadi bukti nyata bahwa perbatasan tidak hanya menyangkut hubungan antarwarga, tetapi juga menyentuh inti kedaulatan dan geopolitik kawasan.

Perspektif Akademik. Politik perbatasan dalam teori dalam kajian geopolitik dan hubungan internasional, perbatasan dapat dipahami melalui tiga lensa. Pertama, sebagai lini kedaulatan. Batas teritorial harus dijaga untuk memastikan integritas negara (perspektif realisme).

Kedua, sebagai zona interaksi. Perbatasan menjadi ruang pertukaran ekonomi, sosial, dan budaya (teori interdependensi). Ketiga, sebagai arena konflik dan negosiasi, dimana perebutan sumber daya dan klaim teritorial kerap memicu perseteruan, namun sekaligus membuka ruang diplomasi (border politics).

Nunukan mencerminkan ketiga dimensi tersebut. Ia adalah benteng pertahanan sekaligus jembatan interaksi, namun juga medan tarik-menarik kepentingan strategis seperti yang terjadi pada isu Ambalat.

Politik perbatasan dan tantangan pembangunan politik perbatasan tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan keamanan (hard security).

Tantangan utama Nunukan adalah ketimpangan pembangunan, terbatasnya infrastruktur, tingginya arus perdagangan ilegal, serta kerentanan pekerja migran. Tanpa kebijakan yang menyeimbangkan aspek keamanan dan kesejahteraan (human security), masyarakat perbatasan akan semakin bergantung pada Malaysia.

Negara harus hadir melalui tiga strategi utama:
1. Memperkuat infrastruktur konektivitas agar Nunukan terhubung langsung dengan pusat-pusat ekonomi nasional.
2. Membangun kemandirian ekonomi lokal, sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton atau buruh migran.
3. Mengoptimalkan diplomasi perbatasan, termasuk penyelesaian isu Ambalat dan penguatan kerja sama maritim dengan Malaysia.

Penutup Nunukan adalah wajah depan Indonesia di hadapan Malaysia. Dari perspektif politik perbatasan, wilayah ini adalah laboratorium nyata tentang bagaimana negara mengelola garis depan.

Sebagai simbol kedaulatan, ruang interaksi masyarakat, sekaligus arena perebutan sumber daya strategis. Keberhasilan membangun Nunukan bukan hanya soal pemerataan pembangunan daerah, tetapi juga tentang menjaga harga diri bangsa. Jika perbatasan dibiarkan tertinggal, maka wajah Indonesia akan terlihat lemah di hadapan Malaysia.

Namun jika negara serius menghadirkan pembangunan yang berkeadilan, maka Nunukan akan benar-benar menjadi serambi depan Indonesia yang bermartabat, bukan lagi anak tiri, melainkan garda terdepan republik. (red)




Program MBG Tetap Jalan, Siswa Ketakutan, Kasus Keracunan Mengintai

NUNUKAN – Program unggulan pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG), terus menuai kontroversi. Di tengah kekhawatiran akan keselamatan dan kualitas makanan, program ini tetap berjalan, bahkan setelah kasus dugaan keracunan massal terjadi di Pulau Sebatik.

Seperti yang terjadi hari ini, Rabu, (1/10/2025), penyaluran paket makanan MBG tetap dilakukan di Sebatik Timur, meskipun kasus keracunan telah terjadi di Kecamatan Sebatik Tengah. Sebanyak 139 paket makanan tetap diterima oleh pihak sekolah.

Asdar, seorang guru honorer di MI Alkhairaat Sebatik Timur, mengungkapkan, pihak sekolah tidak memiliki wewenang untuk menghentikan atau melanjutkan program MBG. “Ini kan kebijakan pusat, bukan kebijakan daerah, bukan pula kebijakan sekolah atau guru. Kalau kebijakan pusatnya itu distop, ya kita ikuti,” ujar Asdar saat dikonfirmasi media ini.

Kasus keracunan makanan program MBG telah menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan masyarakat, terutama para orang tua, siswa, dan guru. Asdar menceritakan keresahannya terhadap kualitas makanan MBG yang diberikan di sekolah. “Beberapa siswa di madrasah kami tidak ingin bahkan menolak ikut memakan paket MBG yang diberikan hari ini dengan berbagai alasan,” ungkap Asdar.

Bahkan, beberapa siswa terlihat mencium paket MBG sebelum memakannya, memastikan makanan masih segar. Ada juga siswa yang dilarang oleh orang tuanya untuk ikut makan karena takut keracunan. Beberapa siswa bahkan membawa bekal sendiri dari rumah.

Salah seorang siswa kelas VI, Shadiqah Azzahra, mengaku tidak ikut makan karena takut mengalami keracunan seperti yang menimpa siswa di Sungai Limau. “Ini merupakan imbas dari kejadian yang luar biasa, pengaruh postingan medsos yang marak memberitakan kejadian yang menimpa puluhan anak di Kecamatan Sebatik Tengah,” jelas Asdar.

Meski mengapresiasi program MBG, Asdar tetap khawatir. “Kekhawatiran itu tetap ada di kami selaku orang tua dan guru,” tuturnya.

Menanggapi maraknya kasus keracunan, Asdar mengingatkan agar pelaksanaan program tersebut dijalankan dengan penuh kehati-hatian dan pengawasan yang ketat. “Kita minta kepada penyelenggara untuk lebih safety agar makanan yang diberikan kepada anak-anak kita itu memang betul-betul bagus, bergizi, dan berkualitas,” tambahnya.

Warga madrasah menyampaikan empati dan kepeduliannya akibat insiden yang menimpa puluhan siswa di Kecamatan Sebatik Tengah. Mereka berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Program MBG yang seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan gizi anak bangsa, kini justru menjadi momok menakutkan. Perlu adanya evaluasi menyeluruh dan pengawasan ketat agar program ini benar-benar aman dan bermanfaat bagi masyarakat. (bed)




Puluhan Siswa SD di Sebatik Diduga Keracunan Menu Program MBG

NUNUKAN – Suasana riang gembira program Makan Bersama Gratis (MBG) di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, berubah menjadi kepanikan dan isak tangis pada Selasa (30/9/2025).

Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) mendadak mengalami gejala keracunan usai menyantap menu makan siang gratis yang disediakan.

Mual, muntah-muntah, dan lemas menjadi keluhan utama para korban. Mereka dilarikan ke Rumah Sakit Pratama Sebatik serta Puskesmas Tengah dan Sebatik Timur untuk mendapatkan pertolongan medis.

Basir, seorang ayah yang cemas, menceritakan kondisi anaknya, Afif, siswa SDN 004 Sebatik Tengah. “Baru saja muntah lagi anakku. Tadi siang dia makan MBG di sekolah. Pulang-pulang langsung muntah-muntah kata istrinya di rumah. Langsung saya bawa ke Puskesmas Aji Kuning, terus dirujuk ke rumah sakit,” tuturnya dengan nada khawatir.

Data sementara menunjukkan, mayoritas korban berasal dari SDN 004 Sungai Limau. Namun, siswa dari MI Al-Furqon Tapal Batas dan SDN 005 Sebatik Tengah juga dilaporkan mengalami gejala serupa. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah seiring pendataan yang masih berlangsung.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak SPPG Sebatik Tengah selaku penyelenggara program MBG. Pihak Rumah Sakit Pratama dan Puskesmas juga masih fokus pada penanganan pasien.
Reaksi Cepat Pemerintah Daerah

Mendengar kabar duka ini, Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, langsung bergerak cepat. Bersama Plt. Sekda Nunukan, Ir. Jabbar, dan sejumlah pejabat terkait, Bupati langsung meninjau Rumah Sakit Pratama Sebatik dan Puskesmas tempat para korban dirawat. Kehadiran Bupati diharapkan dapat memberikan semangat dan dukungan moril bagi para korban dan keluarga.

“Kami prihatin dengan kejadian ini. Pemerintah daerah akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan penanganan terbaik bagi para korban,” ujar Bupati Irwan Sabri saat ditemui di lokasi.

Penyebab pasti keracunan massal ini masih menjadi misteri. Pihak berwenang telah mengambil sampel makanan dari program MBG untuk diuji di laboratorium. Hasil uji laboratorium diharapkan dapat mengungkap penyebab keracunan dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Kasus keracunan massal ini menjadi pukulan telak bagi dunia pendidikan di Kabupaten Nunukan. Program MBG yang bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah justru berujung petaka. Masyarakat berharap agar kasus ini diusut tuntas dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. (bed)




Gara-Gara Kunci, Mekanik Baku Pukul

NUNUKAN – Sebuah insiden mengejutkan mengguncang sebuah bengkel di Nunukan, Kalimantan Utara, pada Selasa (23/9/2025).

Perselisihan antara dua mekanik di salah satu dealer roda dua berujung pada aksi kekerasan, di mana seorang pelaku menggunakan kunci impact untuk melukai korbannya.

Korban, yang diketahui bernama DL (27), mengalami luka di bagian kepala akibat pukulan kunci impact yang dilayangkan oleh rekannya, SAM alias BN (31). Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 11.30 WITA di tempat kerja mereka.

Menurut keterangan kepolisian, insiden ini bermula dari teguran terkait penggunaan kunci. DL, yang baru selesai melakukan perbaikan motor, mendengar SAM menyindirnya soal pengembalian kunci. Merasa tidak terima, DL membalas teguran tersebut, yang kemudian memicu adu mulut.

“Jangan ngomong begitu,” ujar DL kepada SAM, seperti yang tertulis dalam laporan kepolisian.

Namun, situasi justru semakin memanas. SAM, dalam keadaan emosi, mencekik DL dan melontarkan tantangan. Tanpa diduga, SAM mengambil kunci impact dan memukulkannya ke kepala bagian belakang DL. Akibatnya, DL mengalami luka sepanjang 2 cm.

Motif di balik aksi kekerasan ini diduga kuat karena adanya permasalahan internal yang sudah lama terpendam antara DL dan SAM. Keduanya diketahui sering terlibat perselisihan dan jarang bertegur sapa. Teguran soal kunci tersebut menjadi puncak dari akumulasi emosi yang selama ini dipendam.

“Korban merasa keberatan dan melaporkan kejadian ini ke Polsek Nunukan untuk ditindaklanjuti,” kata Kasi Humas Polres Nunukann Ipda Sunarwan kepada media ini.

Unit Reskrim Polsek Nunukan bergerak cepat setelah menerima laporan. SAM berhasil diamankan di tempat kerjanya beserta barang bukti berupa baju berlumuran darah dan kunci impact yang digunakan untuk memukul korban.

“Tersangka akan dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan,” tegas Sunarwan.

Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya menjaga komunikasi dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Jangan biarkan emosi menguasai diri hingga berujung pada tindakan kekerasan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. (bed)




RKPDes Aji Kuning Disahkan, Prioritaskan Kesehatan hingga Ekonomi Lokal

NUNUKAN – Pemerintah Desa Aji Kuning bersama Badan Permusyawaratan Desa  (BPD) resmi mengesahkan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) 2026 melalui musyawarah yang digelar di Aula Kantor Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Utara, Nunukan, Selasa (30/9/2025).

Kepala Desa Aji Kuning, Syarifuddin, menegaskan, RKPDes ini adalah komitmen untuk pembangunan yang partisipatif dan transparan. “RKPDes 2026 jadi pedoman pembangunan desa setahun ke depan. Semua program disusun berdasarkan musyawarah, usulan masyarakat, dan sinkronisasi dengan prioritas pembangunan daerah maupun nasional,” ujarnya.

Wakil Ketua BPD, Asdar, juga menyampaikan apresiasi kepada tim penyusun RKPDes yang telah bekerja keras. “Dengan pengesahan Perdes RKPDes Aji Kuning Tahun 2026, seluruh program dan kegiatan yang telah direncanakan dapat segera menjadi dasar pelaksanaan pembangunan desa,” tegasnya.

RKPDes 2026 Desa Aji Kuning memuat beberapa prioritas pembangunan, diantaranya, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, pemberdayaan ekonomi lokal, peningkatan infrastruktur, penguatan ketahanan pangan, program peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan pemberdayaan kelompok.

Acara diakhiri dengan penandatanganan RKPDes oleh Pimpinan BPD Aji Kuning Asdar dan Kepala Desa Aji Kuning. (bed)




Sebatik Tengah Perdana Salurkan Paket MBG Pelajar, Balita, Ibu Hamil, dan Ibu Menyusui

NUNUKAN – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan program nasional, kini diperluas ke Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Setelah sukses dilaksanakan di Kecamatan Sebatik Timur dan Sebatik Utara sejak Juli lalu, program ini secara resmi menyasar pelajar tingkat PAUD/TK, SD, SMP, serta balita, ibu hamil, dan ibu menyusui di wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini.

Penyaluran perdana dilaksanakan pada hari Senin, (29/9/2025), dengan menu MBG yang disiapkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Bina Pendidikan Yatim Sebatik. Dapur SPPG yang berlokasi di Jalan Asnur Dg. Pasau, Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, didirikan khusus untuk mengakomodir pelaksanaan MBG di wilayah ini.

Program MBG ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama anak-anak dan ibu hamil, serta membangun sumber daya manusia yang unggul. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menurunkan angka stunting dan kemiskinan, serta menggerakkan ekonomi masyarakat setempat.

SPPG di Kecamatan Sebatik Tengah mengakomodir 13 sekolah mulai dari PAUD/TK, SD/MI, hingga SMP. Selain siswa, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui juga menjadi sasaran program ini di empat desa yang meliputi Desa Aji Kuning, Desa Bukit Harapan, Desa Maspul, dan Desa Sungai Limau.

“Tentunya saya selaku orang tua bersyukur ada makan gratis seperti ini. Jadi, jajan anak-anak bisa berkurang juga” aku Asdar, orang tua pelajar kepada media ini.

Ia mengatakan, selain bersyukur apresiasi terhadap program ini wajib dilakukan agar terus berjalan dan memberikan manfaat ke warga. “Bukan hanya pelajar, sebab ibu hamil dan ibu menyusui juga diberikan,” ungkapnya.

Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, dalam pernyataannya saat peluncuran program MBG di Pulau Sebatik, menekankan pentingnya program ini untuk menciptakan generasi yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter. Beliau juga mengimbau agar anak-anak mengurangi jajan di luar dan menabung uang jajan mereka untuk keperluan yang lebih bermanfaat.

Program MBG diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya dalam peningkatan gizi dan penurunan angka stunting, tetapi juga dalam menekan angka kemiskinan serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, terutama melalui partisipasi pelaku usaha makanan di daerah tersebut.

“Program ini sangat penting agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter. Saya juga mengingatkan agar anak-anak mengurangi jajan di luar supaya uang jajannya bisa ditabung dan digunakan untuk hal-hal lain yang lebih berguna,” ujar H. Irwan Sabri saat itu. (bed)




Warga Nunukan Selatan Terciduk Bawa Sabu di Pelabuhan Feri

NUNUKAN – Geger nih, seorang warga Selisun, Nunukan Selatan, inisial Z (41), ketangkap polisi pas lagi santai keluar dari Pelabuhan Feri Sei Jepun. Tau gak kenapa? Ternyata dia bawa sabu seberat 14,92 gram! Gokil!

Menurut penjelasan dari Kasi Humas Polres Nunukan, Ipda Sunarwan, awalnya tim Satresnarkoba lagi patroli rutin di sekitar pelabuhan. Pas si Z lewat naik motor Scoopy merahnya, langsung di stop buat diperiksa.

“Pas digeledah, eh, nemu empat bungkus plastik kecil isinya sabu, disembunyiin di kotak rokok Sampoerna. Kotaknya ditaruh di saku jaket item yang lagi dipake pelaku,” jelas Ipda Sunarwan dalam rilisnya, hari Sabtu (27/9).

Selain sabu, polisi juga nyita HP Redmi, jaket item merek Diadora, dan motor yang dipake si Z buat beraksi.

Dari hasil pemeriksaan singkat, si Z ngaku kalo sabu itu dia dapet dari seorang kenalan inisial S di daerah Sebatik. Sekarang, polisi lagi ngejar si S buat diinterogasi lebih lanjut.

“Kasus ini lagi kita dalami terus buat ngebongkar jaringan narkoba yang mungkin aja lebih gede dari yang kita kira,” imbuh Ipda Sunarwan.

Sekarang, si Z lagi mendekam di Polres Nunukan buat menjalani proses hukum. Semoga aja kejadian ini bisa jadi pelajaran buat kita semua, dan polisi bisa makin gencar berantas narkoba di Nunukan. (bed)




Lansia Ditemukan Meninggal di Rumahnya Setelah 3 Hari

NUNUKAN – Andi Ismail Amal (75), seorang lansia, ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Jalan Patimura, Nunukan Timur, Sabtu (27/9/2025).

Jenazah ditemukan oleh anaknya, Andi Kurniawan Adil (41), yang curiga karena tidak ada jawaban saat berkunjung.

Kasi Humas Polres Nunukan, Ipda Sunarwan, menjelaskan, anak korban mencium bau tak sedap dari dalam rumah dan menemukan ayahnya sudah meninggal dalam kondisi membusuk. Korban diperkirakan telah meninggal sekitar tiga hari.

“Keluarga menolak visum karena korban memiliki riwayat penyakit jantung dan menganggap kematiannya wajar. Jenazah telah dimakamkan di TPU Selisun, Nunukan Selatan,” pungkas Sunarwan saat dihubungi media ini.




Rupiah Melemah, Harga Kebutuhan Pokok di Nunukan Meroket

NUNUKAN – Pelemahan nilai tukar Rupiah yang kini mendekati level psikologis Rp4.000 per Ringgit Malaysia menghantam keras masyarakat Kabupaten Nunukan. Kondisi ini menyebabkan harga barang kebutuhan pokok, yang mayoritas dipasok dari Tawau, Malaysia, melonjak tajam, menggerus daya beli warga secara signifikan.

Pengamat Ekonomi dari Bersama Institute, Mega, menilai situasi ini sebagai ujian nyata bagi kedaulatan ekonomi bangsa. Menurutnya, pelemahan Rupiah di perbatasan bukan sekadar isu moneter, melainkan barometer yang mengukur kerapuhan struktur ekonomi lokal yang sangat bergantung pada produk impor untuk kebutuhan sehari-hari.

“Ketika harga bahan pokok di wilayah NKRI lebih ditentukan oleh kurs Ringgit ketimbang kebijakan domestik, di situlah kedaulatan ekonomi kita sedang dipertaruhkan,” ujar Mega, Sabtu (27/9/2025).

Ketergantungan ini, lanjutnya, adalah akibat dari efisiensi logistik lintas batas yang membuat produk Malaysia lebih murah dan mudah diakses.

Mega menambahkan, kondisi ini menciptakan paradoks yang merugikan. Nelayan lokal tergiur menjual hasil tangkapan ke Malaysia untuk mendapatkan Ringgit yang lebih kuat. Namun, hal ini justru menyebabkan kelangkaan pasokan dan naiknya harga ikan di pasar Nunukan, sehingga menyulitkan warga setempat.

Sebagai solusi, Mega menekankan bahwa intervensi pemerintah tidak bisa lagi bersifat sementara seperti operasi pasar. “Sudah saatnya mengubah paradigma dari konsumtif menjadi produktif. Pemerintah harus mendorong lahirnya industri pengolahan atau hilirisasi mini berbasis sumber daya lokal seperti perikanan dan perkebunan di Nunukan,” tegasnya.

Menurutnya, hanya dengan membangun kapasitas produksi internal, Nunukan dapat mengurangi ketergantungan dan bahkan membalikkan arus perdagangan. “Tujuannya jelas, mengubah Nunukan dari pasar bagi produk Malaysia menjadi basis produksi yang mampu mengekspor kembali ke negara tetangga,” tutup Mega.